Sabtu, 07 April 2012

MENDADAK KHITAN


Ahmad Tsaqif Abdan Syakur

Putraku yg kedua ,sesuai namanya dia anak yg cerdas dan semoga selalu jd anak yg sholeh.

Selalu dapat pujian di sekolahnya sebagai anak yg tertib dan menjadi contoh teman2nya.

Memang secara emosional dia lebih stabil walauPun yg namanya anak2 terkadang juga masi suka ngambek dan marah.



Lebaran kemarin Tsaqif menjalani suatu ibadah yg mencotoh Nabi Ibrahim khitan alias

Sunat di usianya yg belum genap 7 tahun.

Dan terjadi dengan spontan ..Memang jauh jauh ari kami sudah mengkondiskan bahwa sebelum Tsaqif berusia 10 tahun harus berani sunat,sematamata untuk menjaga kebersihan dalam menyempurnakan kewajiban Sholat.



Hari pertama lebaran keluarga besarku berkumpul di rumah Bapak dan ibuku di Rejowinangun,Kemiri.

agenda silaturrahmi kepada saudara2 kami kebetulan keluargaku bersama keluarga kakakku Syaiful (sekarang sudah Almarhum)bersilaturrami di tempat saudara2,sepanjang perjalanan topik kami rayuan agar Tsaqif dan Haikal 9 tahun (anak kakak saya) berani untuk dikhitan.

mereka berdua sering kelihatan ngobrol,terutama berembug untuk minta hadiah apa jika mereka jadi dikhitan.

Akan tetapi bila kami menanyakan kesiapan mereka.. jawabannya masih meragukan..

Pagi hari bangun tidur kami berdua dikejutkan dengan permintaan Tsaqif” Ummi ,Ummi aku sekarang sudah berani sunat”.” Betul? Yakin?” iya jawabnya.” Okelah kalau emang kamu berani ayo kita ketempat Pakde Syaiful biar segera disunat”.

Sebelum Fikirannya berubah,segera kami antar ke rumah Pakdenya yang Cuma beberapa rumah dari rumah embah. Kebetulan Pakdenya juga sedang ada pasien sunat.sesampai di ruamah Pakdenya tahu Tsaqif mau Sunat, Haikal juga langsung minta sunat.

Akhirnya mereka dikhitan Tsaqif dulu kemudian Haikal.Tahu saudaranya sedang khitan anaknya kakakku yang lain Siti Nikmah yang bernama Annas juga minta dikhitan saat itu juga,Jadinya pagi itu 3 cucu Embah Komarudin di khitan alhamdulillah berjalan lancar,

Sekarang giliran Embah Putri Wakingah yang bingung “ Gimana to,Sunat kok nngak rencana,ya sudah sekarang beli ayam jago buat syukuran” dan kami orang tua yang anaknya disunat patungan menbeli kambing,Dimasak dan dibagikan tetangga, sudah beres kan simpel nggak ribet,Hemat dan Ongkos sunatnya Gratis tis tis tis... hehehe..

Tinggal kami konsentrasi merawat anak2 kami,alhamdulillah mereka bukan anak yang cengeng,pagi dikhitan sorenya dengan Pedenya sudah berani main sepak Bola, selanjutnya rewel ringan2 saja,alhamdulillah 1 minggu sudah kering lukanya..

Tapi khusus Tsaqif penyembuhannya agak lama karena uang hadiah yang dikasih saudara2nya dibelikan Sepeda Baru.ketika dia sedang senang2nya naik sepeda terjatuh dan malangnya "burungnya" sampai keluar darahnya.

Lega rasanya satu kewajiban penting kami sebagai orang tua sudah kami tunaikan diantara kewajiban2 lain yang masih menunggu.



Mungkin di daerah lain bukan istimewa anak seusia ysaqif skhitan akan tetapi di lingkungan kami jarang anak seusia dia sudah berani sunat.

Rata rata usia SMP baru berani khitan Kadang karena memang anak yang belum berani,kadang karena mengaji Al Qurannya belum tamat karena banyak moment sunat sekaligus khataman Al Quran.

Tetapi yang lebih sering justru datang dari orang tuanya sendiri yang belum siap dana,maksudnya bukan karena tidak mampu membayar Juru Khitannya tetapi dana untuk mengadakan Pesta Syukuran Sunat yang diselenggarakan besar besaran bahkan ada yang menyebut Pengantin Sunat..

Syukuran yang dimaksud tidak hanya cukup kenduren untuk tetangga kanan kiri,akan tetapi bisa mengundang tetangga,saudara,rekan kerja.tiada lain pesta besar2an.Dengan aneka acara dan hidangan untuk menunjukkan pretise yang punya hajat.hiburan organ tunggal,dangdut.Wayang sampai arak2an.

Denngan biaya yang cukup menguras kantong,ATM,bahkan mungkin juga membuat cicilan pinjaman baru.



Sedikit ceritaku ini semoga bermanfaat bagi teman2 yang sedang bersiap mengkhitankan anaknya..

Teriring doa buat Masku terkasih.
Semoga engkau sekarang berbahagia dalam rengkuhan kasih sayangNya.
Sungguh kami sangat kehilangan.

Terima kasih telah kau tuntaskan salah satu kewajiban kami sebagai orangtua.
Semoga Amal Ibadahmu diterima Alloh SWT..

CARUT MARUT KURIKULUM JAMAN SEKARANG

Jadi teringat sebuah buku bagus TOTOCHAN .

Seandainya di dunia pendidikan kita temui seorang kepala sekolahny si TotoChan.

Yang bisa membuat semua anak bangga dan percaya diri akan dirinya sendiri.

Sebuah materi yg sangat perlu untuk kita renungkan bersama

Catatan dari seorang yang sangat peduli thd masa depan bangsa ini

Semoga bermanfaat.



PENDIDIKAN NAMPAKNYA MEMANG HARUS DIREVOLUSI



Oleh Isa Alamsyah



Betapa anak-anak menderita stres dengan pelajaran yang di masa depan mungkin tidak bermanfaat sama sekali.



Mereka kadang diangggap bodoh, kurang berpendidikan hanya karena gagal di sekolah.



Semua terjadi karena sekolah menjadi indikator pendidikan,



padahal di sekolah banyak pelajaran yang tidak penting yang dipaksakan untuk dipelajari.

Seharusnya pendidikan tidak selalu identik dengan sekolah,



dan idealnya sekolah bukan satu-satunya yang berhak menilai kadar terdidik atau tidaknya seseorang.

Ilmu dibagi menjadi dua, ilmu murni dan ilmu terapan.



Ilmu murni berarti ilmu untuk ilmu itu sendiri, jadi manfaatnya nanti dulu,

sedangkan ilmu terapan berarti mencakup manfaat ilmu untuk kehidupan.



Karena ada dua sifat tersebut maka dalam pendidikan juga harus dibagi menjadi dua,

ilmu murni karena tidak langsung bermanfaat maka sifatnya bagi siswa HANYA SEKEDAR TAHU.



Jadi tugasnya hanya untuk MEMANCING MINAT untuk ke tingkat yang lebih tinggi.

Karena itu ilmu ini tidak boleh dibebankan ke dalam test.



Kalau ada yang berminat baru ikut penjurusan.



Sedangkan ilmu terapan harus difahami dipraktekkan dan menjadi bekal kehidupan.

Contohnya sederhana.



Ada anak Indonesia, yang berbicara dengan bahasa Indonesia, bermain dengan bahasa Indonesia,

tetapi tidak lulus pelajaran Bahasa Indonesia. Itu aneh, karena esensi bahasa adalah komunikasi.



Bagaimana mungkin kita tidak lulus bahasa Indonesia cuma karena tidak mengerti konsep SPOK, SP, kalimat majemuk, KV, KVK, KKVK, dll, padahal sehari-hari kita berbicara bahasa Indonesia.

Yang bodoh siapa?



Si anak yang lancar berbahasa bahasa Indonesia tapi tidak tahu konsep anak kalimat, kalimat majemuk, dll,

tapi tahu cara memakainya dengan benar,



atau penilai yang mementingkan teori anak kalimat, kalimat majemuk bertingkat dsb, yang bahkan tidak peduli anak-anak tersebut hidup dengan bahasa tersebut dan berkomunikasi dengan bahasa tersebut.

Ini sama saja dengan tidak memberi sertifikat renang pada ikan hiu karena ikan hiu tersebut gagal menjelaskan gaya renang apa yang dipakainya.



Menurut saya, pengetahuan SPOK, kalimat majemuk, dan teori bahasa hanya ditempatkan sebagai ilmu yang perlu diketahui tapi tidak boleh masuk dalam test.



Kalau siswa tidak suka ya sudah jangan dipaksakan, toh tidak terlalu bermanfaat dalam kehidupan.

Lucunya ada anak yang bunuh diri akibat UAN bahasa Indonesianya hancur. Padahal ia menulis surat bunuh diri dalam bahasa Indonesia. Tragis.



Apa yang penting dalam bahasa?

Anak perlu diajar kemampuan menulis.

Kemampuan menyampaikan ide secara tulisan.

Itu yang penting, dan banyak penulis handal yang tidak ngerti SPOK tapi jadi penulis sukses.

Parahnya di daerah anak-anak dibebankan lagi bahasa daerah, please deh.

Cukup bahasa persatuan dan bahasa Internasional.



Coba lihat pelajaran biologi.

Ada SD diajar tentang organ kodok, jenis jaringan tumbuhan, dsb.



Tapi lulus SD mereka tidak mengerti banyak hal yang bermanfaat untuk kehidupan misalnya, survivor (tahu mana pohon yang beracun mana yang tidak kalau terdampar), tahu bagaimana mengatasi gas beracun, P3K.

Mereka tidak tahu betapa bahayanya rokok, bagaimana menghindari narkoba, apa ciri-ciri narkoba,

bagaimana mengatasi demam berdarah, bagaimana penanggulangan dini kalau ada korban luka bakar.

Ini justru penting bagi kehidupan.



Mereka tidak mengerti bagaimana memasak beras agar tidak terbuang vitamin B nya

Mereka tidak tahu kalau susu jangan dicampur air panas karena kalsiumnya rusak, dll.

Yang justru penting untuk kehidupan tapi tidak diajarkan.



Kalau masalah kodok, tikus dan sebagainya hanya untuk memancing minat yang proporsinya hanya sekedar memancing minat saja bukan membebani.



Sedangkan yang bermanfaat untuk kehidupan harus dikuasai.

Anak anak juga diajar tentang planet. Mereka tahu jumlah planet, nama planet dan ukuran planet.

Tapi mereka tidak diberi pelajaran tentang global warming, cinta lingkungan, dll yang justru berkaitan dengan kehidupan. Mereka juga tidak ada pelajaran persiapan bencana tsunami dan gempa dalam kurikulum.



Justru ilmu yang penting ini diberikan oleh pengajar tamu dari PBB (United Nation) dan NGO internasional yang tentu saja tidak menyentuh semua siswa dan bersifat berkala saja.

Tapi urusan planet di tata surya yang kita tidak tahun tahun berapa akan bermanfaat, semua siswa wajib menghapal.



Kalau sekedar minat, ya ajak nonton bareng film tata surya, mereka yang berminat akan memutuskan ke jenjang antariksa.



Kita mungkin butuh beberapa ratus ahli antariksawan, mungkin beberapa ribu,

tapi tidak perlu puluhan juta anak harus menguasainya bukan?



Kalaupun ada yang perlu diketahui dari antariksa adalah justru kemampuan menentukan arah kompas, ini malah tidak diajarkan (tidak didalami). Masih banayak anak tidak tahu mana utara, selatang, tenggara, dsb.

Intinya, kita cuma butuh beberapa ribu ahli fisika.



Kita cuma butuh beberapa ribu ahli linguistik

Cuma butuh beberapa ahli biologi, dll.

Tetapi kenapa ratusan juta anak wajib mempelajarinya, dan stress karenanya.



Kalau orientasi kita rubah dengan pelajaran yang faktual, actual dan selektif,

sedangkan bangsa lain masih terbelenggu dengan pendidikan simbolis dan konvensional,

maka kita akan menyusul bangsa lain.

Kita perlu mendefinisikan ulang materi pelajaran.



MANA YANG CUMA SEKEDAR PENGETAHUAN dan MANA YANG HARUS DIKUASAI.

Memang untuk beberapa anak yang mau melanjutkan ke LN jadi susah.



Ya sudah di drill saja 6 bulan menjelang ke sana kekejar koq!

Kepada anak-anak saya tidak memaksa mereka belajar.

Yang penting mereka berkarya.



Apalagi dengan adalnya UAN.

6 tahun mati-matian akan sia-sia hanya dengan kegagalan test 3 hari. Sialnya pas test jatuh sakit.

Lebih baik 5 1/2 tahun bahagia, 1/2 tahun siapkan UAN mati-matian.

Seharusnya penjurusan di mulai di SMP saja, jangan di SMA nanti terlalu banyak hal yang tidak penting dipelajari lagi.



Jadi anak lulus SMA sudah produktif.

Dan penjurusan jangan sekedar Fisika, Biologi dan sosial.

Kini harus di tambah Teknologi Informasi.



Buat praktisi IT sebanyak-banyaknya karena segala hal bisa dipermudah dengan IT.

Korupsi biaya tinggi, penyelewengan pajak, pengajaran online, dll bisa dibantu IT.



Jika IT maju pemilu tidak perlu sensus, kartu baru dsb. Cukup KTP Smart yang mempunyai data digital.

Banyak orang saat ini bekerja dengan membuang katakanlah 80 - 90% pelajaran yang tidak ada manfaatnya.



Siilahkan hitung sendiri.

Apakah pelajaran PSPB, IPBA, Sastra, dll sangat berpengaruh dengan pekerjaan Anda sekarang.

Coba ingat ingat semua pelajaran kita, mana yang bermanfaat?



Saya mendidik anak-anak lebih pada orientasi ilmu bermanfaat dan karya.

Salsa dan Adam anak saya yang SD sudah bisa photo shop.

Saya bilang ke mereka. Dengan satu keahlian ini saja kamu sudah bisa menghasilkan uang puluhan juta per bulan,



separti om ini, ini, dan ini saya menyebutkan nama desiner grafis yang mereka kenal..

Salsa sudah menulis 5 buku, Adam menulis 2 buku.

Saya bilang ke mereka, dengan kemampuan ini saja, kamu bisa berpenghasilan puluhan juta per bulan,

seperti ini, ini, dan ini… nama-nama penulis.

Salsa dan Adam kini suka internet. Saya bilang, kalau kamu dalami internet kamu bisa jadi orang terkaya di dunia.



Mereka juga mendalami, olah raga dan musik.

Kalau Salsa atau Adam pulang dengan nilai ujian jelak atau bagus.

Maka saya check kesalahannya.

Kadang saya bilang “Ini pertanyaan penting, kamu harus tahu jawabannya”

Kadang saya bilang “Wah kalau soal ini gak apa salah, nanti juga gak kepakai dalam kehidupan.

Ayah udah puluhan tahun hidup gak pernah pakai pengetahuan ini (saat itu soalnya tentang kota ini lintang berapa derajat bla..bla..bla) saya bilang gak usah hapalin lintang derajat begini, cari yang lebih bermanfaat.

Mungkin saya seperti orang tua ngaco, ya kan?

Tapi itu cara saya mendidik anak untuk menseleksi ilmu.

Saya gak mau anak-anak stres untuk pengetahuan yang menurut saya tidak penting.

Tapi saya juga menantang mereka belajar efektif. Dengan waktu belajar sedikit tapi hasilnya memuaskan.

Kita kembangkan beberapa metode, intinya tangkap semua pelajaran di sekolah, perhatikan, tidak tahu tanya, lalu ulang dirumah, presentasi, dsb.



Alhamdulillah Salsa dan Adam sejauh ini selalu mendapat ranking atas sekalipun belajar banyak hal lain di luar sekolah.

Ya sudah, entah kenapa saya lagi marah dengan pendidikan yang membebankan banyak ilmu yang tidak bermanfaat.

Just an idea (Tulisan ini ada di notes saya sejak Oktober 2010 lalu)

Tapi saya akan melakukan riset dan gerakan serius untuk merevolusi pendidikan!

Just wait and see.



Bayangkan kita mau ke medan perang.

Ada dua kelompok orang yang mau direkrut.

Satu ilmuwan yang tahu berbagai nama senapan, tahu jarak tembak senapan tahu bahan baku senapan,

mereka hapal senapan tersebut ditemukan oleh siapa, tahun berapa, dll.

Tapi dia tidak bisa menembak, tidak bisa menggunakan senjata.

Kelompok kedua adalah kelompok pemuda. Mereka tidak tahu siapa pembuat senapan, tidak tahu tahun berapa dibuatnya.



Mereka tidak bisa menjabarkan alasan kenapa peluru bisa meluncur.

Tapi mereka tahu bagaimana menembak, merakit senapan, merawat dan menggunakannya.

Kira-kira kelompok mana yang kita bawa ikut perang?



Nah generasi kita ke depan menghadapi banyak medan petempuran di bidang ekonomi, teknologi, informasi, dll,

kalau mereka dicekoki sesuatu yang tidak bermanfaat di masa depan, bisa jadi kita akan kalah perang.

Bagaimana menurut Anda?



Anatole France:

The whole art of teaching is only the art of awakening the natural curiosity of young minds for the purpose of satisfying it afterwards



Johann Wolfgang von Goethe: Correction does much, but encouragement does more.

John Dewey:



The aim of education is to enable individuals to continue their education … (and) the object and reward of learning is continued capacity for growth. Now this idea cannot be applied to all the members of a society except where intercourse of man with man is mutual, and except where there is adequate provision for the reconstruction of social habits and institutions by means of wide stimulation arising from equitably distributed interests. And this means a democratic society.

Robert Fulghum: All I really need to know … I learned in kindergarten.

St. Francis Xavier:

Give me the children until they are seven and anyone may have them afterward.

Roger Lewin:

Too often we give our children answers to remember rather than problems to solve.





Bagaimana pendapat teman2 semua

MERINDUMU

Merindumu

Merindu Saat saat kebersamaan kita.
Rindu tawamu yang renyah.
Rindu candamu yang segar.
Rindu ejekanmu yang menbuat tersipu.
Rindu nasehatmu yang bermakna mendalam.
Rindu khayalanmu yang cerdas.
Rindu akan cita cita kita yang belum tertunaikan.

Rindu yang menyisakan nyeri yang teramat dalam
Rindu ini terentang diantara hati, mimpi dan alam maya.
Rindu ini bukan rindu pada matahari ketika ia terbenam.
karena esok pasti datang kembali.
Bukan Rindu pada hujan disaat musim kemarau.
Karena musim akan berganti.
Rindu ini rindu yang tiada bertepi..
Bagai menepuh lorong panjang nan berliku tiada akhir.
Pada waktu yang tiada batas pasti.

Sampai rindu ini membeku.

Hingga rumput telah bertukar warna.

Bungapun silih berganti kuncup,mekar dan gugur.

..

Takkan bisa kuhapus rindu ini.
semua
Takkan cukup untuk kusimpan di lubuk hati.
Hanya keyakinan pasti bahwa semua ini adalah Takdir ilahi

Ya Allah..

Ijinkan waktu mengurai duka ini.
Beri kekuatan agar kami tetap tegar.

Meneruskan amanah yang dia tinggalkan.
Melanjutkan asa dan cita citanya.

Istirahatlah wahai kakakku terkasih.

Semoga kebaikan yang telah kau ukir.
Semua kebahagiaan yang kau hadirkan .
di kebersamaan kita yang terlalu singkat.

Menjadi cahaya penuntun di persinggahan terakhirmu.
Ya Allah ..

Peluklah dia dalam maghfirahMu.

Rengkuhlah dia dalam rahman dan rahimMu.